MAKALAH
“VENTILATOR MEKANIK”
Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Kesehatan
Dosen pengampu: Sukarno, S.Kep., Ns.
![]() |
Disusun oleh:
Nurul Chotimah
010112a073
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2013
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ventilasi
mekanik adalah suatu alat bantu
mekanik yang berfungsi memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan
tekanan udara positif pada paru-paru melalui jalan nafas buatanadalah suatu
alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi
untuk mempertahankan oksigenasi ( Brunner dan Suddarth, 2002).
Beberapa keadaan seperti asidosis dan alkalosis membuat keadaan tubuh
membuat kompensasi dengan berbagai cara untuk menyeimbangkan keadaan PH darah
mendekati normal 7,35-7,45 dan kadar PO2 dalam darah mendekati 80-100 mmHg.
Kompensai dapat berupa hyperventilasi jika keadaan hipoksemia, atau pemenjangan
waktu ekspirasi jika terjadi hyperkarbia (peningkatan kadar CO2 dalam darah).
Tetapi kompensasi alamiah tidak sepenuhnya dapat mengembalikan kadar asam basa
dalam darah menjadi normal, tetapi dapat mengakibatkan kelelahan otot-otot
nafas dan pasien pada akhirnya menjadi hipoventilasio dan terjadi apneu.
Ventilator memberikan bantuan dengan mengambil alih pernafasan pasien yang
dapat di set menjadi mode bantuan sepenuhnya atau bantuan sebagian. Mode
Bantuan sepenuhnya diantaranya VC (Volume Control) PC (Pressure Control), CMV
(Control Minute Volume).
B.
Tujuan
Pemasangan Ventilator Mekanik
Ada beberapa tujuan
pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1.
Mengurangi
kerja pernapasan
2.
Meningkatkan
tingkat kenyamanan pasien
3.
Pemberian MV
yang akurat
4.
Mengatasi
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5.
Menjamin
hantaran O2 ke jaringan adekuat
C. Indikasi Pemasangan Ventilator
Mekanik
1.
Pasien
dengan gagal nafas.
Pasien dengan distres pernafasan gagal nafas, henti nafas (apnu) maupun
hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen merupakan indikasi
ventilasi mekanik. Idealnya pasien telah mendapat intubasi dan pemasangan
ventilasi mekanik sebelum terjadi gagal nafas yang sebenarnya. Distres
pernafasan disebabkan ketidakadekuatan ventilasi dan atau oksigenasi. Prosesnya
dapat berupa kerusakan paru (seperti pada pneumonia) maupun karena kelemahan
otot pernafasan dada (kegagalan memompa udara karena distrofi otot).
2.
Insufisiensi
jantung.
Tidak semua pasien dengan ventilasi mekanik memiliki kelainan pernafasan
primer. Pada pasien dengan syok kardiogenik dan CHF, peningkatan kebutuhan
aliran darah pada sistem pernafasan (sebagai akibat peningkatan kerja nafas dan
konsumsi oksigen) dapat mengakibatkan jantung kolaps. Pemberian ventilasi
mekanik untuk mengurangi beban kerja sistem pernafasan sehingga beban kerja
jantung juga berkurang.
3.
Disfungsi
neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu berulang juga
mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi mekanik juga berfungsi
untuk menjaga jalan nafas pasien serta memungkinkan pemberian hiperventilasi
pada klien dengan peningkatan tekanan intra cranial.
4.
Tindakan
operasi
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan sedative sangat
terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya gagal napas selama
operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa tertangani dengan keberadaan
ventilasi mekanik.
D.
Klasifikasi
Ventilator mekanik dibedakan atas beberapa klasifikasi, yaitu:
1.
Ventilasi
mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi,
dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
a.
Ventilator
Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif
mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan
intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru
sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal
nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti
poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia
gravis. Saat ini sudah jarang di pergunakan lagi karena tidak bias melawan
resistensi dan conplience paru, disamping itu ventla tor tekanan
negative ini digunakan pada awal – awal penggunaan ventilator.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien
dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif
yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus.
2.
Berdasarkan
mekanisme kerjanya ventilator mekanik tekanan positif dapat dibagi menjadi
empat jenis yaitu : Volume Cycled, Pressure Cycled, Time Cycled, Flow Cycle.
a.
Volume
Cycled Ventilator.
Volume cycled merupakan jenis ventilator yang paling sering digunakan di
ruangan unit perawatan kritis. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya
berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah
perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang
konsisten. Jenis ventilator ini banyak digunakan bagi pasien dewasa dengan
gangguan paru secara umum. Akan tetapi jenis ini tidak dianjurkan bagi pasien
dengan gangguan pernapasan yang diakibatkan penyempitan lapang paru
(atelektasis, edema paru). Hal ini dikarenakan pada volume cycled pemberian
tekanan pada paru-paru tidak terkontrol, sehingga dikhawatirkan jika tekanannya
berlebih maka akan terjadi volutrauma. Sedangkan penggunaan pada bayi tidak
dianjurkan, karena alveoli bayi masih sangat rentan terhadap tekanan, sehingga
memiliki resiko tinggi untuk terjadinya volutrauma.
b.
Pressure
Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan.
Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang
telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan
ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan
komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada
pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak
dianjurkan, sedangkan pada pasien anak-anak atau dewasa mengalami gangguan pada
luas lapang paru (atelektasis, edema paru) jenis ini sangat dianjurkan.
c.
Time Cycled
Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu
ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi
ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit). Normal
ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2.
d.
Berbasis
aliran (Flow Cycle)
Memberikan
napas/ menghantarkan oksigen berdasarkan kecepatan aliran yang sudah diset.
E.
Mode
Ventilator Mekanik
Secara
keseluruhan, mode ventilator terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu mode bantuan
sepenuhnya dan mode bantuan sebagian.
1.
Mode bantuan penuh terdiri dari mode volume control
(VC) dan pressure control (PC). Baik VC ataupun PC, masing-masing memenuhi
target Tidal Volume (VT) sesuai kebutuhan pasien (10-12 ml/kgBB/breath).
a. Volume
Control (VC)
Pada mode ini, frekwensi nafas (f) dan jumlah tidal
volume (TV) yang diberikan kepada pasien secara total diatur oleh mesin. Mode
ini digunakan jika pasien tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan TV sendiri
dengan frekwensi nafas normal. Karena pada setiap mode control, jumlah nafas
dan TV mutlak diatur oleh ventilator, maka pada pasien-pasien yang sadar atau
inkoopratif akan mengakibatkan benturan nafas (fighting) anatara pasien dengan
mesin ventilator saat insfirasi atau ekspirasi. Sehingga pasien harus diberikan
obat-obat sedatif dan pelumpuh otot pernafasan sampai pola nafas kembali
efektif. Pemberian muscle relaksan harus benar-benar dipertimbangkan terhadap
efek merugikan berupa hipotensive.
b. Pressure
Control (PC)
Jika pada mode VC, sasaran mesin adalah memenuhi
kebutuhan TV atau MV melalui pemberian volume, maka pada mode PC target mesin
adalah memenuhi kebutuhan TV atau MV melalui pemberian tekanan. Mode ini
efektif digunakan pada pasien-pasien dengan kasus edema paru akut.
2.
Mode bantuan sebagian terdiri dari SIMV (Sincronous
Intermitten Minute Volume), Pressure Support (PS), atau gabungan volume dan
tekanan SIMV-PS.
a.
SIMV (Sincronous Intermitten Minute Volume)
Jika VC adalah bantuan penuh maka SIMV adalah bantuan
sebagian dengan targetnya volume. SIMV memberikan bantuan ketika usaha nafas
spontan pasien mentriger mesin ventilator. Tapi jika usaha nafas tidak sanggup
mentriger mesin, maka ventilator akan memberikan bantuan sesuai dengan jumlah
frekwensi yang sudah diatur. Untuk memudahkan bantuan, maka trigger dibuat
mendekati standar atau dibuat lebih tinggi. Tetapi jika kekuatan untuk
mengawali inspirasi belum kuat dan frekwensi nafas terlalu cepat, pemakaian
mode ini akan mengakibatkan tingginya WOB (Work Of Breathing ) yang akan dialami
pasien. Mode ini memberikan keamanan jika terjadi apneu. Pada pasien jatuh
apneu maka mesin tetap akan memberikan frekwensi nafas sesuai dengn jumlah
nafas yang di set pada mesin. Tetapi jika keampuan inspirasi pasien belum cukup
kuat, maka bias terjadi fighting antara mesin dengan pasien. Beberapa
pengaturan (setting) yang harus di buat pada mode SIMV diantaranya: TV, MV,
Frekwensi nafas, Trigger, PEEP, FiO2 dan alarm batas atas dan bawah MV.
b.
Pressure Support (PS)
Jika PC merupakan bantuan penuh, maka PS merupakan
mode bantuan sebagian dengan target TV melalui pemberian tekanan. Mode ini
tidak perlu mengatur frekwensi nafas mesin karena jumlah nafas akan dibantu
mesin sesuai dengan jumlah trigger yang dihasilkan dari nafas spontan pasien.
Semakin tinggi trigger yang diberikan akan semakin mudah mesin ventilator
memberikan bantuan. Demikian pula dengan IPL, semaikin tinggi IPL yang
diberikan akan semakin mudah TV pasien terpenuhi. Tapi untuk tahap weaning,
pemberian trigger yang tinggi atau IPL yang tinggi akan mengakibatkan
ketergantungan pasien terhadap mesin dan ini akan mengakibatkan kesulitan
pasien untuk segera lepas dari mesin ventilator. Beberapa pengaturan (setting)
yang harus di buat pada mode VC diantaranya: IPL, Triger, PEEP, FiO2, alarm
batas atas dan bawah MV serta Upper Pressure Level. Jika pemberian IPL sudah
dapat diturunkan mendekati 6 cm H2O, dan TV atau MV yang dihasilkan sudah
terpenuhi, maka pasien dapat segera untuk diweaning ke mode CPAP (Continuous
Positive Air Way Pressure).
c.
SIMV + PS
Mode ini merupakan gabungan dari mode SIMV dan mode
PS. Umumnya digunakan untuk perpindahan dari mode kontrol. Bantuan yang diberikan
berupa volume dan tekanan. Jika dengan mode ini IPL dibuat 0 cmH2O, maka sama
dengan mode SIMV saja. SIMV + PS memberikan kenyamanan pada pasien dengan kekuatan
inspirasi yang masih lemah. Beberapa pengaturan (setting) yang harus di buat
pada mode VC diantaranya: TV, MV, Frekwensi nafas, Trigger, IPL, PEEP, FiO2,
alarm batas atas dan bawah dari MV serta Upper Pressure Limit.
d.
CPAP (Continous Positif Airway Pressure)Mode ini
digunakan pada pasien dengan daya inspirasi sudah cukup kuat atau jika dengan
mode PS dengan IPL rendah sudah cukup menghasilkan TV yang adekuat. Bantuan
yang di berikan melalui mode ini berupa PEEP dan FiO2 saja. Dengan demikian
penggunaan mode ini cocok pada pasien yang siap ekstubasi.
F.
Setting
Ventilator Mekanik
Untuk menentukan modus
operasional ventilator terdapat beberapa parameter yang diperlukan untuk
pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator, yaitu :
1.
Frekuensi
pernafasan permenit
Frekwensi napas adalah jumlah pernapasan yang dilakukan ventilator dalam
satu menit. Setting normal pada pasien dewasa adalah 10-20 x/mnt. Parameter
alarm RR diseting diatas dan dibawah nilai RR yang diset. Misalnya set RR
sebesar 10x/menit, maka setingan alarm sebaliknya diatas 12x/menit dan dibawah
8x/menit. Sehingga cepat mendeteksi terjadinya hiperventilasi atau
hipoventilasi.
2.
Tidal volume
Volume tidal merupakan jumlah gas yang dihantarkan oleh ventilator ke pasien
setiap kali bernapas. Umumnya disetting antara 8 - 10 cc/kgBB, tergantung dari
compliance, resistance, dan jenis kelainan paru. Pasien dengan paru normal
mampu mentolerir volume tidal 10-15 cc/kgBB, sedangkan untuk pasien PPOK cukup
dengan 5-8 cc/kgBB. Parameter alarm tidal volume diseting diatas dan dibawah
nilai yang kita seting. Monitoring volume tidal sangat perlu jika pasien
menggunakan time cycled.
3.
Konsentrasi
oksigen (FiO2)
FiO2 adalah jumlah kandungan oksigen dalam udara inspirasi yang diberikan
oleh ventilator ke pasien. Konsentrasinya berkisar 21-100%. Settingan FiO2 pada
awal pemasangan ventilator direkomendasikan sebesar 100%. Untuk memenuhi
kebutuhan FiO2 yang sebenarnya, 15 menit pertama setelah pemasangan ventilator
dilakukan pemeriksaan analisa gas darah. Berdasarkan pemeriksaan AGD tersebut
maka dapat dilakukan penghitungan FiO2 yang tepat bagi pasien.
4.
Rasio
inspirasi : ekspirasi
Rumus Rasio inspirasi : Ekspirasi
Waktu
Inspirasi + Waktu Istirahat
|
Waktu
Ekspirasi
|
Keterangan :
a.
Waktu
inspirasi merupakan waktu yang diperlukan untuk memberikan volume tidal atau
mempertahankan tekanan.
b.
Waktu
istirahat merupakan periode diantara waktu inspirasi dengan ekspirasi
c.
Waktu
ekspirasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan udara pernapasan
d.
Rasio
inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase
inspirasi yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
5.
Limit pressure
/ inspiration pressure
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator
volume cycled. Tekanan
terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
6.
Flow
rate/peak flow
Flow rate merupakan kecepatan
ventilator dalam memberikan volume tidal pernapasan yang telah disetting
permenitnya.
7.
Sensitifity/trigger
Sensitifity berfungsi untuk menentukan seberapa besar usaha yang diperlukan
pasien dalam memulai inspirasi dai ventilator. Pressure sensitivity memiliki
nilai sensivitas antara 2 sampai -20 cmH2O, sedangkan untuk flow sensitivity
adalah antara 2-20 L/menit. Semakin tinggi nilai pressure sentivity maka
semakin mudah seseorang melakukan pernapasan. Kondisi ini biasanya digunakan pada pasien yang diharapkan untuk memulai
bernapas spontan, dimana sensitivitas ventilator disetting -2 cmH2O. Sebaliknya
semakin rendah pressure sensitivity maka semakin susah atau berat pasien untuk
bernapas spontan. Settingan ini biasanya diterapkan pada pasien yang tidak
diharapkan untuk bernaps spontan.
8.
Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk
mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan
adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm
tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk,
cubing tertekuk, terjadi fighting, dan lain-lain. Alarm volume rendah
menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus
dipasang dalam kondisi siap.
9.
Positive end
respiratory pressure (PEEP)
PEEP bekerja dengan cara mempertahankan tekanan positif pada alveoli
diakhir ekspirasi. PEEP mampu meningkatkan kapasitas residu fungsional paru dan
sangat penting untuk meningkatkan penyerapan O2 oleh kapiler paru.
G.
Kriteria
Pemasangan Ventilator Mekanik
Menurut Pontopidan (2003),
seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
1.
Frekuensi
napas lebih dari 35 kali per menit.
2.
Hasil
analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3.
PaCO2 lebih
dari 60 mmHg
4.
AaDO2 dengan
O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5.
Vital
capasity kurang dari 15 ml / kg BB.
H. Komplikasi
Ventilator adalah alat untuk
membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat bisa,
menimbulkan komplikasi seperti:
1.
Pada paru
a.
Baro trauma:
tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
b.
Atelektasis/kolaps
alveoli diffuse
c.
Infeksi paru
d.
Keracunan
oksigen
e.
Jalan nafas
buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
f.
Aspirasi
cairan lambung
g.
Tidak
berfungsinya penggunaan ventilator
h.
Kerusakan
jalan nafas bagian atas
2.
Pada sistem
kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik
vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik
dengan tekanan tinggi.
3.
Pada sistem
saraf pusat
a.
Vasokonstriksi
cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat
dari hiperventilasi.
b.
Oedema
cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari
hipoventilasi.
c.
Peningkatan
tekanan intra kranial
d.
Gangguan
kesadaran
e.
Gangguan
tidur.
4.
Pada sistem
gastrointestinal
a.
Distensi
lambung, ileus
b.
Perdarahan
lambung
5.
Gangguan
lainnya
a.
Obstruksi
jalan nafas
b.
Hipertensi
c.
Tension
pneumotoraks
d.
Atelektase
e.
Infeksi
pulmonal
f.
Kelainan
fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
g.
Gastrointestinal.
h.
Kelainan
fungsi ginjal
i.
Kelainan
fungsi susunan saraf pusat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang berfungsi memberikan bantuan
nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada paru-paru
melalui jalan nafas buatanadalah suatu alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi
Ada beberapa tujuan
pemasangan ventilator mekanik, yaitu:
1.
Mengurangi
kerja pernapasan
2.
Meningkatkan
tingkat kenyamanan pasien
3.
Pemberian MV
yang akurat
4.
Mengatasi
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
5.
Menjamin
hantaran O2 ke jaringan adekuat
Indikasi
Pemasangan Ventilator Mekanik
1.
Pasien
dengan gagal nafas
2.
Insufisiensi
jantung.
3.
Disfungsi
neurologist
4.
Tindakan
operasi
Menurut Pontopidan (2003),
seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik (ventilator) bila :
1.
Frekuensi
napas lebih dari 35 kali per menit.
2.
Hasil
analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
3.
PaCO2 lebih
dari 60 mmHg
4.
AaDO2 dengan
O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
5.
Vital
capasity kurang dari 15 ml / kg BB
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga pengetahuan
masyarakat khususnya mahasiswa tentang materi Ventilator Mekanik dapat
meningkat. Dari yang belum tahu menjadi tahu, dan dari yang sudah tahu menjadi
semakin mengerti.
Dan demi kesempurnaan makalah ini
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
kak boleh tau emailnya?:)
BalasHapus